masukkan script iklan disini
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sebuah video perkelahian yang melibatkan siswi diduga dari SMKN 4 Pontianak beredar di media sosial, Jumat (14/12/2018).
Video tersebut sangat cepat menyebar di grup WhatsApp.
Dalam video tersebut terlihat beberapa siswi perempuan, mengepung seorang siswi lain yang sedang duduk.
Dari video tersebut, siswi yang duduk diketahui bernama JE.
Kalimat umpatan juga sesekali terdengar dari video tersebut.
Video pun mendekat dan menampilkan wajah siswi yang diketahui bernama JE.
lagi-lagi suara dari perekam video yang menyebut-nyebut nama siswi tersebut.
"Je**, diam-diam mulutmu pandai-pandai," kata si perekam.
Hingga kini belum diketahui kapan, di mana video ini terjadi dan apa alasan di baliknya.
Namun video yang berdurasi tak lebih dari 35 detik tersebut telah menyebar di media sosial dan grup WhatsApp.
Doni Tangisi Kematian Anaknya! Murid SD jadi Korban Pengeroyokan
Doni Iswara berserta istrinya Mariance, warga Jalan 28 Oktober Kompek Golf Permai, RT 02 RW 06 Blok C7, Pontianak Utara harus rela kehilangan anak keduanya, Nice Friyandy (11) karena meninggal dunia.
Nice merupakan murid di SDN 9 Pontianak.
Ditemui dirumah duka, Sabtu (09/09/2017) Doni Iswara pun menceritakan penyebab awal dugaan yang membuat anaknya meninggal dunia.
Pada Kamis (31/08/2017) malam, anaknya bermain di luar rumah bersama sekelompok anak lainnya.
Namun tiba-tiba saat pulang ke rumah, anaknya menangis dan mengaku kesakitan di bagian kepala, sampai gemetaran serta hampir pingsan.
Sehingga dibantu dua orang temannya yang lain untuk memberikan air minum dan obat oles karena benjol di sebelah kiri dan kanan kepalanya.
(Baca: Ini Kondisi Dicky Smash Pasca-Dikeroyok Orang Tak Dikenal, Disinggung Terkait LGBT )
Setelah ditangani, Ia beserta anaknya pun keluar menghampiri sekerumunan anak tersebut.
Ia pun menanyakan kepada anaknya dimana Ia dipukul, lantas anaknya Nice pun menjelaskan.
"Karena dengan rasa sakit hati akibat anak dipukul kami hendak menghampiri dan menunggu sesudah kegiatan. Jadi saya suruh anak saya untuk tunjuk yang mana anaknya, kemudian anak saya tunjuk satu di antara anak yang ada," katanya, Sabtu (09/09/2017).
Lantas, Ia pun menanyakan, apakah benar ada yang memukul anaknya, namun anak yang telah ditunjuk berkelit, walaupun menurut anaknya orang tersebutlah yang memukul.
Sebagai orangtua, Ia pun mengatakan tidak boleh langsung menuduh, perlu pemikiran dan penyelidikan.
Jadi Ia kembali pulang dan belum tahu pasti siapa pelakunya.
(Baca: Istri Tersangka Pengeroyokan Hermansyah Menangis Histeris )
Seiring berjalan waktu, malam itu, kata dia, anaknya bisa beristirahat, dan ketika pagi bangun keadaan kepalanya masih bengkak benjol.
Tapi masih bisa beraktivitas bermain dan lainnya, karena memang anaknya aktif, atau kurang secara intelek (Autis).
"Pada hari Senin anak saya selalu mengatakan sakit, ini sakit sambil memegang kepalanya yang benjol, selama sakit juga kita berikan obat, untuk pengobatan," tuturnya.
Namun memang, menurut Doni pada hari senin efek dari pukulan sudah nampak, karena sampai merah, benjol bahkan muntah-muntah, badannya panas dan kesakitan.
"Jadi saya bawa ke Puskesmas, dan diberikan obat tapi tidak ada perubahan, jadi ke 24 jam, beri obat juga tidak ada perubahan. Jadi dibawa lagi sekaligus visum ke RS Yarsi walaupun waktu itu memang belum sampai ke visum pada hari Selasa," ujarnya.
(Baca: Pria Jepang Ini Sulut Meriam Karbit, Begini Ekspresinya )
Pada Rabu, Ia pun merasa kondisi anaknya semakin parah.
"Jadi saya bicara kepada istri,mak ini nampaknya saya tidak akan tinggal diam, akan buat laporan ke Polisian karena kondisi anak kita sudah tidak beres," katanya.
Sebagai orangtua, Ia pun pergi ke Polsek terdekat untuk membuat laporan. Diakuinya pula pada saat itu, anaknya sudah tidak mampu untuk duduk dan hanya berbaring.
Setelah membuat laporan, Ia disuruh pihak Kepolisian untuk melakukan visum ke RS Yarsi. Dan setelah visum, pihak Kepolisian menuturkan cukup dirinya yang pergi kembali ke Polsek, anaknya cukup dirumah.
"Tetapi pada saat itu, selang beberapa waktu pada sore sampai malam hari, abang dan kakak ipar saya datang ke rumah, mereka memberikan pemikiran dan saya berikan keputusan anak saya harus dibawa ke rumah sakit untuk di scan," tuturnya.
Ia beserta keluarga pun berangkat ke RS Soedarso untuk memeriksa bagian kepala. Dari hasil pemeriksaan diketahui ada pendarahan di bagian otaknya.
"Saat itu saya tidak berkata apa-apa, dan hampir menangis. Lalu pihak yang melakukan scan juga menunjuk tempat-tempat dikepala yang ada pendarahan, bahkan menurut ahli yang memegang komputer scan tersebut, anak saya tidak hanya dipukul menggunakan tangan tetapi menggunakan suatu benda," bebernya.
Begitu mendapatkan hasil, Ia pun kembali ke UGD, dan dokter menyarankan untuk dirawat, dan menginap.
"Jadi saya pun menjawab, lakukanlah yang terbaik untuk anak saya kalau memang harus menginap, menginap tidak masalah yang penting bisa dilakukan perawatan," ujarnya.
(Baca: Merasa Diduakan oleh Smartphone Pasanganmu? Begini Cara Mengatasinya )
Pada malam itu, Ia mengatakan sempat menunggu sebentar sebelum mendapat kamar di ruangan K, dan hanya berdua dengan anaknya.
Sepanjang malam, kata Doni, anaknya tidak bisa tidur, selalu memegang kepalanya kesakitan, bangun dan minta minum sampai sekitar 04.00 WIB subuh dini hari, muntah berulang-ulang bahkan mungkin lebih sampai 10 kali dari rentang waktu pukul 04.00-06.00 WIB.
Akhirnya pada sekitar 05.30 WIB, Ia pun memanggil perawat karena tangan yang dipasangi infus bengkak.
Hal tersebut, menurutnya kemungkinan karena kencangnnya ikatan infus ditangan, dan ketika coba memasang ulang sempat berulang-ulang sampailah kembali pihak UGD yang memasang kembali infus.
Lalu dokter yang menangani di ruang UGD menuturkan bahwa anakny belum bisa dikembalikan ke ruang rawat karena masih dipantau, dengan memasang segala alat lainnya.
"Kemudian ketika ada resep yang ditebus, saya tebus dan memang anak saya tampak segar saat itu, bisa berbicara dan dipagi hari tiba ibu dan abangnya diberi makan dan lainnya. Anak saya pun tetap mengatakan yang ada dipikirannya yaitu mengatakan, sakit dan jengkel terhadap yang memukul," katanya.
Sempat juga, kata dia, disebutkan namanya dan waktu sesaat dipukul juga bilang bahwa yang memukul adalah RS yang selalu disebutnya.
Sehingga, kata dia, pada waktu itu terarah kepada satu orang dahulu dan orangnya memang ditunjuknya langsung pada waktu malam awal dipukul.
Pada siang hari, Ia mengatakan anaknya sudah berangsur agak segar, sempat ngobrol cerita.
Menurut cerita anaknya, pada malam itu sempat dipukulin, kaki diinjak, pantat ditendang dan dada pun diinjak.
Bahkan, anaknya pun mengatakan benci terhadap pelaku dan ingin membalas dendam.
"Lalu saya mengatakan Ia harus sehat terlebih dahulu dan tidak berpikir macam-macam. Walaupun saat itu saya sempat merasa senang karena bicaranya sudah teratur," bebernya.
Seiring berjalan waktu, dokter pun menuturkan anaknya sudah boleh masuk ruangan, yaitu ruangan ICCU.
Sampai di ruang ICCU dan dipasang alat rekam jantung segala macam, anaknya meronta tidak mau dipasang, bahkan sempat dicopot sendiri, sampai dengan tangannya diikat agar tidak bergerak, namun tetap marah dan meronta.
Terakhir kemarin pada sore, Jumat (08/09/2017) usai pulang mandi, Ia mengatakan perasaannya tidak tenang dan buru-buru mandi, agar segera ke rumah sakit.
Sesampai disana Ia pun mendengar suara anaknya teriak-teriak, dan ketika masuk hendak memberikan buah anggur dan apel Ia melihat kondisi anaknya terpejam dan ketika dipanggil tidak mau menjawab.
"Akhirnya saya perhatikan itu alat detik perdetik berbeda-beda dan saya panggil perawat karena kondisinya berbeda, bahkan tangannya ketika dirasa sudah dingin seperti es," timpalnya.
Mendapati hal itu, kata dia, perawat pun langsung menangani, dengan berbagai alat yang ada.
Namun, hanya hitungan detik, atau tidak sampai lima detik, mulut anaknya terbuka dan tertutup dan tidak tertolong lagi.
"Saya saat itu sebagai orangtua tidak bisa berkata apa-apa, terduduk dan menangis. Dan kami bawa pulang ke rumah sekitar pukul 17.45 WIB," tukasnya.