Seorang warga berdiri di samping patung Sultan Ageng Tirtayasa yang teronggok di pinggir jalan setelah ditemukan terbenam di dalam lumpur. [BantenHits.com/ Mahyadi]
''Saat diangkat tidak ada yang tahu. Patungnya ketemu di sungai.''
Suara.com - Patung yang diyakini merupakan sosok Sultan Ageng Tirtayasa teronggok terbuang di pinggiran Jalan Masjid Priyayi, tak jauh dari Sungai Kali Malang, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.
Patung tersebut sebelumnya ditemukan terbenam dalam lumpur sungai saat petugas irigasi tengah melakukan normalisasi.
Baca Juga : Ini Alasan Jerinx SID Baru Sentil Via Vallen Sekarang
Ironis, sebab Sultan Ageng Tirtayasa adalah tokoh pejuang dari Banten dan mendapat gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.
Menurut Fachroji, warga sekitar, saat ditemukannya patung tersebut, puluhan warga berkerumun untuk melihat dari dekat. Namun, tidak ada satu pun yang tahu siapa sosok pahlawan tersebut.
“Ya, ini sengaja disimpan di pinggir jalan untuk sementara diamankan. Saat diangkat tidak ada yang tahu. Patungnya ketemu di sungai pas alat berat mengambil lumpur, yah sekitar dua minggu lalu,” ujar Fachroji, seperti diberitakan BantenHits—jaringan Suara.com, Sabtu (10/11/2018).
Sarmin, warga lainya menambahkan, patung dalam kondisi berlumuran lumpur saat ditemukan dalam sungai. Oleh siswa-siswa sekolah yang melewati Jalan Masjid Priyayi, dibersihkan kemudian dijadikan objek foto.
Baca Juga : Menkeu: Perempuan dan Laki-Laki Dalam Posisi Sama
“Yang biasa lewat melihat pertama pada kaget pas sudah ada di situ patungnya,” terangnya.
Epos Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651 - 1683. Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda.
Masa itu, VOC—maskapai dagang Belanda—menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Baca Juga : Tunggangi Moge, Jokowi Pakai Jaket Bubur Ayam
Kemudian, Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar.
Dalam bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi.
Sementara dalam bidang keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.
masukkan script iklan disini
Ketika terjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, Belanda ikut campur dengan bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa.
Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack dan Saint-Martin.
Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Batavia. Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten, di sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga kemudian diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Berita ini kali pertama diterbitkan BantenHits.com dengan judul ''Patung Sultan Ageng Tritayasa Teronggok di Pinggir Jalan''
Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack dan Saint-Martin.
Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Batavia. Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten, di sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga kemudian diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Berita ini kali pertama diterbitkan BantenHits.com dengan judul ''Patung Sultan Ageng Tritayasa Teronggok di Pinggir Jalan''